Halaman

Sabtu, 22 Mei 2010

bunga anggrek: Anggrek Bulan si Primadona Bisnis | Kodok Ijo

bunga anggrek: <b>Anggrek</b> Bulan si Primadona Bisnis | Kodok Ijo


<b>Anggrek</b> Bulan si Primadona Bisnis | Kodok Ijo

Posted: 21 May 2010 05:21 PM PDT

Anggrek bulan adalah anggrek kesukaan saya, mempunyai kelopak bunga yang lebar dan anggun. Termasuk tanaman anggrek yang mudah dirawat dan rajin berbunga. Anggrek bulan termasuk golongan anggrek monopodial. Anggrek yang tumbuh keatas dari satu batang. Bunga dari anggrek bulan tumbuh dari sisi batang dari arah bawah. Dengan perawatan yang sesuai bungaanggrek bulan sangat tahan dan tidak cepat layu. Bahkan batang bunga yang sudah rontok bunganya, dapat tumbuh cabang bunga baru.

<b>Bunga</b> Ucapan Selamat Ulang Tahun | <b>Bunga</b> Rawa Belong by Florist <b>...</b>

Posted: 21 May 2010 03:27 PM PDT

Jual aneka bunga hias: Mawar, Tulip, Lily, Carnation, Melati, Anggrek, Gerbera, Sedap Malam dll. Toko Bunga Online, Florist Terbaik di Jakarta Telp 021-94229037.
Ramah, Pintar dan Penuh Informasi

Sekuntum <b>Anggrek</b>,,, « Untukku , , , ,

Posted: 18 May 2010 01:31 AM PDT

ANGGA BERLARI SECEPAT DIA BISA. Dia tidak menghiraukan kadaan sekeklilingnya yang gelap. Dia tidak pula menghiraukan bahwa keringat telah membasahi tubuhnya yang kecil dan baru beranjak remaja. Dan juga tidak mengiraukan baju kumalnya yang telah basah kuyup, atau luka lecet yang disebabkan ranting dan duri dari tanaman yang dihidup dihutan ini. Matanya yang kesepian dan sedih tetap terpancang kedepan, tidak memperdulikan apa yang ada disekelilingnya. Kakinya yang protes kesakitan terus dia gerakan, pokoknya dia harus terus berlari, terus sampai dia sampai. Terus berlari keluar dari hutan ini. Menuju tempat yang menjadi tujuannya.

Angga menatap keadaan hutan disekelilingnya. Hutan ini gelap, lembab dan angker. Angga telah banyak mendengar cerita aneh tentang hutan ini. Setiap orang yang memasuki hutan ini pasti mendapatkan suatu kecelakaan. Entah itu terjatuh dari pohon, tertimpa batang pohon yang tiba – tiba patah, tersesat selama dua hari dua malam, atau bertemu dengan harimau putih. Karena cerita aneh yang banyak beredar dimasyarakat, tidak mengherankan hutan ini dianggap angker oleh warga desa. Bahkan kabar terbaru yang didengar Angga dari warga adalah ada siluman harimau putih yang bekeliaran dihutan yang terletak tepat dipinggir desa tersebut. Mengingat semua cerita aneh tesebut dan keadaan hutan yang masih sangat alami karena sangat jarang dijamah orang, ditambah mentari yang telah menghilang, kedinginan dan kesunyian yang menyelimuti hutan, Angga merasa harus sesegera mungkin keluar dari hutan ini.

Meski tengah ketakutan karena berada didalam hutan gelap, angker, sedirian, dan saat magrib, Angga tetap merasa senang telah mendapatkan apa yang dicarinya. Sekuntum bunga Anggrek biru yang dulu dilihat Angga saat pertama kali masuk hutan ini. Bunga yang tumbuh pada sebuah pohon tua pinggir sungai, tepat ditengah – tengah hutan. Kini bunga tersebut telah tergenggam kuat ditangan kanannya. Dia tersenyum bahagia. Tanpa mengurangi kecepatannya, matanya menatap bunga tersebut. Hatinya senang membayangkan apa yang akan terjadi jika bunga yang cantik ini diserahkan kepadanya. Semyumannya semakin melebar. Dia sudah dapat melihat dengan jelas senyuman kesenangan serta malu pada wajahnya yang cantik, saat dia menerima bunga ini. Angga juga melihat bagaimana matanya yang bening memancarkan rasa bahagia, lalu dengan senyuman yang indah dan mempesona, mulutnya yang kecil itu mengucapkan terima kasih.

Ah, indahnya,

sekuntum bunga

BUKKK!

Tiba – tiba bayangan tentang dia lenyap seketika, menguap tanpa bekas. Dengan lambat tubuhnya terjengkang kebelakang. Darah perlahan mengucur dari hidungnya, dia pusing lalu terjatuh berbaring ditanah yang lembab. Karena matanya tertuju pada bunga tersebut, tanpa disadari dia telah menabrak batang pohon yang melintang dijalur berlarinya. Tangan kirinya menekan hidungnya, Angga merasakan darah mengalir keluar dari hidungnya. Matanya berair, Angga menangis kesakitan. Hidungnya mungkin patah. Dia ingin berteriak tetapi tak bisa. Rasa sakit yang luar biasa pada hidungnya telah menghalangi suaranya keluar. Kepalanya pusing, hutan yang gelap itu berputar sangat cepat didepan matanya. Angga berusaha untuk bangun, tetapi kepalanya terasa sangat berat. Akhirnya dia menyerah, dan diam sejenak, memejamkan mata, menggelengkan kepalanya sedikit lalu membuka kembali matanya. Hutan sekarang lebih kokoh dari pada yang tadi dilihatnya. Setidaknya sekarang putarannya tidak terlalu cepat.

Dengan susah payah Angga berusaha untuk duduk. Tangan kirinya masih menekan hidung untuk menghentikan darah yang masih keluar. Dia bersandar pada pohon besar disampingnya. Matanya kembali terpejam, mencoba untuk mengumpulkan nyawanya yang tadi berhamburan karena menabrak batang pohon. Dia menggelengkan kembali kepalanya. Akhirnya, setelah merasa semua nyawanya telah kembali, dia berdiri dan berjalan limbung melewati batang pohon yang dia tabrak. Lalu kembali menghentakan kaki dan berlari menuju tempat yang menjadi tujuannya.

SEMENTARA ITU DIDESA, kampung halaman Angga, didepan sebuah rumah minimalis dengan taman indah didepannya, terparkir sebuah mobil putih. Mobil dengan delapan tempat duduk itu biasa digunakan penduduk desa yang hendak berangkat ke kota. Sebuah jasa angkutan yang siap mengantar anda ke alamat yang dituju dengan cepat, aman dan pasti sampai, langsung didepan pintu. Setidaknya sampai gang rumah anda.

Seorang laki – laki berusia sekitar empat puluhan sedang mengatur barang bawaan dibagasi belakang. Terlihat belum ada penumpang dalam mobil tersebut, ini adalah penumpang pertama yang dijemput.

Sementara itu, sang penumpang, seorang perempuan cantik berusia empat puluhan, berdiri didepan gerbang memandang supir yang sedang berkutat dengan barang bawaannya. Disamingnya, dalam pelukannya berdii seorang remaja berkerudung putih yang cantik nan manis, dengan wajah yang putih dan bersih, mata lembut juga mulutnya yang undah. Tangannya yang langsing dengan jari yang lentik memegang tangan ibunya.

Beberapa langkah dibelakang mereka, berdiri seorang peempuan yang berusia hamper sama dengan sang ibu, tetapi dengan wajah yang terlihat tua dan lelah. Dia mengawasi dengan mata yang sedih. Dia akan segera melepas seorang penolong, sahabat dan juga saudara.

"Apakah hanya ini barang yang akan dibawa?" Tanya supir, ketika dia mengangkat sebuah tas dan diletakan dalambagasi.

Yang ditanya hanya mengangguk. Dia berbalik dan memeluk sahabat yang mengantar keberangkatannya. Hatinya sama merasakan kesedihan, dan kehilangan seperti orang yang dipeluknya. Setelah beberapa saat, dia melepaskan pelukannya lalu berjalan menuju mobil yang akan membawanya pergi dari desa kelahirannya.

Sementara itu, wajah remaja yang cantik terlihat sangat gelisah. Dia berulang kali memandang sebuah gang yang gelap. Matanya yang bening seolah menunggu sesuatu yang berharga kelaura dari gang tersebut. Dimana dia? Wajahnya gelisah. Apakah dia tidak dating? Matanya terus memandang gang tersebut.

Tetapi setelah beberapa saat, yang ditunggunya tidak juga datang. Dimanakah dia? Matanya masih mengharapkan sesuatu. Apakah dia marah?

"Zulfa cepat," Kata ibunya lembut.

"Sebentar bunda," Jawabnya.

"Kenapa Zulfa?" Tanya sahabat ibunya.

"Angga dimana Ibu?"

"Ibu juga tidak tahu, dia pergi main sejak sore tadi, tidak tahu kemana," Jawabnya memandang sekelilingn mencari anaknya.

"Ada apa memangnya?"

"Tidak apa – apa," Kata Zulfa lemah, lalu mencium tangan sahabat bundanya dan berbalik menuju mobil yang telah menyala.

Apakah Angga marah sehingga tidak menemuinya ketika dia akan segera pergi. Dengan hati yang kesal dan sedih Zulfa naik mobil yang akan membawanya pergi dari desa ini. Dia tidak menyangka Angga tidak menemuinya saat dia akan pergi. Padahal dia tidak tahu kapan dia akan kembali lagi kesini. Seluruh keluarganya telah pergi dari desa ini. Rumahnya pun telah dijual oleh ibunya. Tidak ada alasan dia kembali kedesa ini. Zulfa kembali memandang gang gelap, berharap Angga keluar dari sana. Melambaikan tangannya dan tersenyum kepadanya. Namun semua itu hanya ada dalam bayangannya, kenyataannya Angga tidak juga kelaur, berjalan dari gang gelap tersebut, tidak melambaikan tangannya dan juga tidak tersenyum kepadanya.

Zulfa duduk disamping ibunya, masih dengan hati yang kecewa dan sedih Zulfa menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya, berusaha untuk memejamkan matanya. Melupakan semua ini. Wajahnya lesu. Padahal hari terakhirku, dan aku akan segera berangkat, kenapa dia tidak datang? Apa memang dia marah kepadaku?

Pintu ditutup, dan perlahan mobil berjalan. Semakin lama semakin kencang. Hati Zulfa semakin kesal dan sedih saat merasakan mobil telah berjalan. Dia kembali memandang gang gelap untuk terakhir kalinya, masih berharap Angga akan keluar dari gang tersebut, tetapi semakin lama semakin jauh dia dengan gang tersebut, dan belum ada tanda – tanda Angga berjalan atau berlari keluar dari sana. Kemana dia? Kenapa tidak mengantarku berangkat? Zulfa kembali bersandar dan memejamkan matanya.

TUK . . . !! TUK . . . !! TUK . . . !!

Kaca jendela mobil diketuk dari luar. Zulfa kaget dan melihat keluar. Seorang anak remaja dengan tangan kiri menutupi hidungnya yang berdarah tersenyum gembira.

"Hidungmu kenapa berdarah?" Tanya Zulfa khawatir sambil membuka jendela mobilnya.

"Tidak apa – apa," Jawab Angga tidak sabar.

"Hati – hati disana. Dan ini," Angga menyerahkan Anggrek biru yang dia petik dihutan.

"Terima Kasih," Kata Zulfa sambil tersenyum.

Persis seperti yang dibayangkan Angga.

Ah . . . senyuman itu,

Lalu Zulfa sibuk mecari sesuatu dalam tas yang dia bawa.

"Ini . . . " Katanya menyerahkan sebuah kotak kepada Angga.

"Apa ini? Bukan buku kan?" Kata Angga sambil terseyum lalu mengambil kotak tersebut. Yang memberi hanya terseyum.

"Kau yakin tidak apa – apa? Nampaknya sakit?"

"Tentu saja sakit? Tapi tidak apa – apa,"

Deru mesin mobil bertambah kencang.

"Sudah?" Kata supir didepan.

"Sudah Pak. Terimakasih?" Jawab Angga.

"Hati – hati disana? Jangan lupa?" Lanjut Angga menatap Zulfa.

Zulfa hanya terseyum. Dan mengangguk

Mobil berjalan pelan mejauhi Angga, lalu semakin lama semakin kencang dan semakin jauh pula mobil itu meninggalkannya, membawa sebagian hatinya. Angga menatap mobil itu lama, kapan dia akan berjumpa dengannya lagi? Ah, belum satu jam Zulfa pergi tapi rasa kehilangan dihati Angga terasa sangat besar dan berat? Seseorang yang akan selalu dirindukan Angga. Mobil itu hilang ditikungan dan kegelapan malam. Tangan Angga mengenggam kotak yang diberikan Zulfa.

Kini dia telah pergi.

Angga berjalan menuju rumah sederhananya. Kini tidak akan ada lagi tawa dan senyuman Zulfa. Tidak ada lagi yang akan membangunkan Angga untuk shalat shubuh bersama. Zulfa sudah pergi. Dia pergi meninggalkan rumahnya, meninggalkan kampung halamannya, dan meninggalkan Angga sendiri. Angga masuk kekamarnya, meletakan kotak hadian Zulfa di meja belajar. Lalu berjalan kekamar mandi untuk membersihkan darah kering dihidungnya dan mandi.

Setelah bersih dan berganti pakaian, serta merawat hidungnya. Angga tidur terlentang di tempat tidurnya, manatap lagit – langit yang terbuat dari bilik bambu. Angga mengambil kotak hadiah dari Zulfa, perlahan dia membukanya. Seharusnya aku tahu? Katanya dalam hati ketika dia melihat sebuah Al – Qur'an saku dalam kotak tersebut. Angga terseyum getir melihat hadiah tersebut. Saat terakhir pun Zulfa tetap menyuruh Angga untuk membaca Al – Qur'an.

Angga mengambil Al – Qur'an tersebut, membukanya. Angga menatap dalam kotak kecil tempat Qur'an tadi diletakan. Ada surat yang dilipat disana, Angga mengambilnya dan perlahan membukanya. Ah, dasar! Memang tidak sepanjang yang dia bayangkan. Kertas tersebut hanya bertliskan sebuah puisi sederhana yang Angga kenali sebagai tulisan tangannya. Meski demikian, Angga merasa bahwa puisi tersebut akan merubah jalan hidupnya kedepan. Puisi tersebut akan menabraknya dan melemparkannya keluar jalur yang sekarang dia jalani.

Terima kasih senyumannya.
Terima kasih perhatiannya.
Terima kasih. Terima kasih.
Tetapi,
Bagaimana kalau kita dekati Dia,
Yang menciptakan Aku,
Sebelum aku, yang Dia ciptakan – Nya (^_^)


Zulfa Nur Aisa

Angga menatap surat tersebut, membacanya beberapa kali. Dan,

"Aku tahu kau akan mengatakan ini," Katanya pelan.

Polisi Jaga Ketat <b>Bunga Anggrek</b>

Posted: 14 May 2010 08:48 AM PDT

... untuk mencegah dari jarahan pencuri ketika bunga ini mekar. Bunga anggrek yang bernama Lady's Slipper ini di kalangan kolektor bisa dihargai hingga 5.000 pondsterling atau sekitar Rp 68 juta per pohon. Operasi besar polisi ini.

<b>bunga</b> (puspa) nasional Indonesia | BISNIS ONLINE,HIBURAN &amp; WISATA <b>...</b>

Posted: 13 May 2010 08:34 AM PDT

Bunga Nasional Indonesia adalah tiga jenis bunga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan harapan mampu mewakili karakteristik bangsa dan negara Indonesia. Ketiga bunga nasional Indonesia tersebut adalah bunga melati (Jasminum sambac) yang ditetapkan sebagai puspa bangsa, bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona, dan padma raksasa atau bunga bangkai (Rafflesia arnoldi) sebagai puspa langka.

Bunga nasional Indonesia yang terdiri atas tiga jenis bunga tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun 1993 tentang yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto.

Selain bunga nasional, Indonesia juga memiliki 3 satwa (fauna) nasional yang menjadi maskot bangsa Indonesia. Ketiga satwa nasional tersebut adalah komodo atau ora (Varanus komodoensis) sebagai satwa nasional, ikan siluk merah atau arwana sebagai satwa pesona, dan elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai satwa langka.

Ketiga bunga (puspa) nasional Indonesia selengkapnya adalah sebagai berikut;

1. Bunga Melati Putih (Jasminum sambac), Puspa Bangsa.

Bunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu spesies melati yang berasal dari Asia Selatan. Tanaman perdu ini tersebar mulai dari daerah Hindustan, Indochina, Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai puspa bangsa, satu diantara tiga bunga nasional Indonesia.

Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak merayap, hidup menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan, porus, berpasir sampai agak liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat.
Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis yang umum dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan kepada bunga melati seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).

Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki bunga berwarna putih suci. Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan. Melati tidak membutuhkan pemeliharaan yang rumit. Harga melati yang merakyat (relatif murah). Dari semua kelebihan melati itu, tidak berlebihan jika kemudian melati ditetapkan sebagai bunga bangsa, salah satu dari 3 bunga nasional Indonesia.

Klasifikasi ilmiah melati adalah sebagai berikut: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Lamiales; Famili: Oleaceae; Genus: Jasminum; Spesies: Jasminum sambac. Sinonim: Nyctanthes sambac


2. Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Puspa Pesona.

Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai puspa pesona, salah satu dari tiga puspa nasional Indonesia. Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu jenis anggrek (Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan berwarna putih.

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan tersebar luas mulai dari Indonesia, Indonesia, Papua, Filipina, Malaysia hingga ke Australia. Anggrek bulan hidup secara epifit yaitu menempel pada batang atau cabang pohon inang. Secara liar anggrek bulan mampu tumbuh hingga pada ketinggian 600 meter dpl.

Keelokan anggrek bulan ini yang kemudian mempesona semua pihak. Keelokannya yang mempesona menjadi dasar pertimbangan sehingga anggrek bulanpun ditetapkan sebagai puspa (bunga) pesona menyandingi puspa bangsa dan puspa langka.

Selengkapnya mengenai bunga pesona ini silahkan membaca artikel berjudul Anggrek Bulan Puspa Pesona Indonesia .

Klasifikasi ilmiah anggrek bulan adalah sebagai berikut: Karajan: Plantae; (tanpatingkat) Monocots; Ordo: Asparagales; Familia: Orchidaceae; Subsuku: Epidendroideae; Genus: Phalaenopsis; Spesies: Phalaenopsis amabilis


3. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi), Puspa Langka.

Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi) ditetapkan menjadi puspa langka melengkapi Melati Putih (puspa bangsa) dan Anggrek Bulan (puspa pesona). Selain menjadi salah satu dari bunga nasional, Rafflesia arnoldii juga menjadi flora identitas provinsi Bengkulu.

Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.

Tubuhan yang ditetapkan sebagai puspa langka ini tidak memiliki batang, daun, maupun akar yang sebenarnya. Tumbuhan ini hidup secara endoparasit pada tumbuhan inangnya. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.

Sampai saat ini Rafflesia arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup. Mungkin lantaran hal ini yang kemudian menjadi dasar pertimbangan sehingga padma raksasa ditetapkan sebagai puspa langka Indonesia. Bersama melati putih (puspa bangsa) dan anggrek bulan (puspa pesona), Rafflesia arnoldii menjadi bunga nasional Indonesia.

Patma raksasa sering disamakan dengan bunga bangkai (Amorphpophallus titanium). Padahal keduanya adalah bunga yang berbeda. Silahkan membaca perbedaannya di artikel Perbedaan Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai.

Klasifikasi ilmiah padma raksasa adalah sebagai berikut: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malpighiales; Famili: Rafflesiaceae; Genus: Rafflesia; Spesies: Rafflesia arnoldi

Ketiga bunga kebanggan Indonesia ini diharapkan mampu mewakili karakteristik bangsa dan negara Indonesia. Karena itu ketiganya kemudian ditetapkan sebagai bunga (puspa) nasional Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar