Halaman

Kamis, 02 September 2010

bunga anggrek: jurnalsantri >>>: Novel Pelangi di Langit Arafah: Bag. I

bunga anggrek: jurnalsantri >>>: Novel Pelangi di Langit Arafah: Bag. I


jurnalsantri >>>: Novel Pelangi di Langit Arafah: Bag. I

Posted: 02 Sep 2010 07:23 AM PDT

style="font-family:times new roman,new york,times,serif;font-size:12pt">

I

ELEGI DIRI

                                                                           

Kepada Sang Kuasa diri

Dan menanti tiada peri

Mencari dan berjalan tanpa henti

Dimensi hidup dijalani

Potongan-potongan takdir disatukan

Dan menjadi realita kehidupan

Saat aku adalah aku

Saat aku adalah keyakinanku

 

Petala langit membentang dari ufuk timur ke ufuk barat, dari ufuk selatan ke ufuk utara, dari ufuk barat ke ufuk selatan, dan dari ufuk timur ke ufuk utara. Semuanya bersatu berwarna biru, berdiri tegak tak gentar, tanpa tiang-tiang kokoh.

Bumi menghampar luas bersinergi dengan langit, menjadi sebuah rumah bagi enam koma lima milyar manusia, bertriliunan pohon-pohon yang mulai tumbang satu persatu, dan terlalu banyak hewan-hewan jinak maupun buas. Semua bertasbih, berjalan beriringan bersama waktu yang berputar tak pernah terhenti, kadang diatas kadang dibawah dan terkadang diantara  keduanya. Menjadi saksi dalam setiap perjalanan hidup bumi selama lebih dari jutaan tahun lalu, melewati zaman batu, zaman es, zaman dinosaurus, zaman logam, zaman manusia modern, zaman edan, zaman, zaman globalisasi, dan zaman-zaman seterusnya yang semakin tidak masuk akal.

Panasnya suhu di pingggiran kota ini, tak menyurutkan semangat menuntut ilmu. Tak perlu menyalahkan global wharming, bolongnya ozon, atau pembalakan liar. Cukup menyalahkan kehadiran manusia di muka bumi sebagai kholifah yang tidak amanat lagi dalam jabatanya itu. Sebagai pemipin, penghuni, pelindung, penata bumi dan segala isinya.

Guntur adalah nama gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa dengan tinggi sekitar 2.249 meter diatas permukaan laut, pemandangan yang eksotis dan elok memang dimiliki gunung ini. Berbagai tumbuhan pun tumbuh subur termasuk bunga-bunga seperti si bunga abadi edelwise, anggrek bulan dan anggrek madu, juga tanaman rambat yang sering diburu orang-orang kota di toko bunga untuk menghiasi rumahnya. Konon, menurut keyakinan rakyat Parahyangan dahulu, Tuhan tersenyum ketika menciptakan Gunung Guntur ini.

Di sebelah utara gunung guntur terdapat dua air terjun yang benar-benar di ciptakan dengan sentuhan keindahan dari Yang Maha Indah. Air terjun yang pertama bernama Curug Cikoneng, dengan tinggi sekitar dua puluh meter mengalirkan airnya yang deras. Nama Curug Cikoneng diberikan karena memang air yang mengalir jika di lihat dari kejauhan berwarna kuning, namun jika didekati perlahan warna kuning itu hilang.

Air terjun yang kedua bernama Citiis. Tidak seperti air terjun Cikoneng, Citiis lebih pendek namun airnya deras dan sangat dingin. Jaraknya sekitar dua mil dari air terjun Cikoneng. Air terjun Citiis lebih difavoritkan para wisatawan lokal yang berkunjung untuk dijadikan tempat kemah dari pada Cikoneng. Selain karena alasan akses jalan, juga karena ada sebuah mitos seram orang-orang desa tentang air terjun Cikoneng yang katanya sering membisu, maksudnya suara air terjun kadang kala tak terdengar padahal airnya masih terlihat mengalir. Jika memang benar, wisatawan mana yang mau berkemah?

Semua keindahan dan keeksotisan itu tak membuat para pejabat merasa sayang menjadikannya tempat pembuangan akhir sampah. Tepat di sebelah barat kaki Gunung Guntur dibuat sebuah lokasi TPA untuk menampung sampah-sampah dari kota. Di TPA yang sedang menginjak usia sweet seventin-nya itu, sampah-sampah menumpuk menggunung membuat pemandangan Gunung Guntur menjadi tercemar.

Lain lagi jika kita menjelajahi utara Gunung Guntur. Disana beratus-ratus kubik material tanah setiap harinya dikeruk oleh para penambang pasir tradisional yang bermodalkan cangkul dan linggis besar. Pasir-pasir itu di pesan oleh orang-orang kota untuk membangun rumah, perkantoran dan infrastruktur bangunan lainya. Luas penambangan pasir yang lebih pantas disebut sebagai "eksploitsi jahat yang merusakan alam" itu mencakup ratusan hektar. Tampak dari kejauhan lahan penambangan pasir itu seperti sebuah bukit gundul yang luas dan mempunyai ngarai-ngarai yang terjal.

Mari kita berlanjut menjelajahi Gunung Guntur. Kali ini di wilayah kaki gunung lainya yang disebut Lempong. berbeda dengan kisah hitam dua kaki gunung lainya, Lempong lebih menampakan cahaya keimanan dan harapan. Di Lempong itulah berdiri tegak sebuah Pesantren bernama Pesantren Persatuan Islam[1] 96 Lempong. Pesantren pertama di kawasan kaki Gunung Guntur, didirikan diatas lautan keringat swadaya warga desa yang mayoritas berekonomi rendah, perpenghasilan sangat sedikit, bermata pencaharian buruh tani. Berharap dengan hadirnya pesantren sederhana ini, menjadi perubah nasib bangsa alias agent of change, katanya.

Letaknya yang di kaki gunung, namun juga disisi kanan jalan raya trans Jawa Barat, membuat komplek mu`allimin dan pengisinya ini mengalami proses transisi. Jika disebut katro dan kampungan tidak cocok mengingat letak mereka yang berada di pinggir jalan arteri di Jawa Barat. Jika disebut kota, tidak pas mengingat letaknya juga tepat berada di kaki gunung.

Pesantren ini memiliki beberapa jenjang pendidikan. Pertama, jenjang taman kanak-kanak yaitu TK Persis Baitul Muttaqin. Kedua, jenjang sekolah dasar yaitu Madrasah Ibtidaiyyah Persis Lempong. Ketiga, jenjang sekolah menengah pertama, yaitu Tsanawiyyah Persis Lempong. Keempat, jenjang sekolah menengah atas yaitu Muallimin Persis Lempong. 

 

{           {           {

 

Hunan berjalan dari arah kelas, hendak menuju ruangan aula yang terletak di bawah mesjid. Wajah cerah dan senyum ikhlas ia lemparkan kepada setiap santri yang berpapasan. Bersama teman-temanya, Sinai, Zaki, Rendra, Azkia, Syakila, Nisa dan Hamidah, mereka hendak menggelar lesehan cinta, forum kajian yang khusus membahas tentang cinta dan problematika di dalamnya. Kali ini narasumbernya adalah seorang ustadz muda yang masih lajang, ustadz Rohim.

Hunan memilih jalan untuk menjadi penggiat pesantren dan aktifis sebuah organisasi santri tertua bernama Rijalul Ghad[2] yang telah berdiri sebelum negri ini merdeka dari penjajahan. Sedikit mengulas sejarah organisasi mereka. Dalam perjalanan dan perjuangan santri, pada tahun 1943 berdiri organisasi santri Persatuan Islam putra dan putri yang terdiri dari santri ibtidaiyyah, karena belum ada tsanawiyah. Organisasi santri ini diberi nama Rijalul Ghad untuk santri putra yang dipelopori oleh Hasan Munir, Syarif Boce, Yusuf Zamzam, Kholil dan Idris. Ummahatul Ghad[3] untuk santri putri yang dipelopori oleh Maliecha, Nursiyah Boce, Khodijah dan Permasih.

Minggu lalu mereka menanam dua ribu pohon di hutan Gunung Guntur yang gundul. Ini aksi penghijauan lahan yang kesekian kalinya. Fiqih lingkungan Profesor Maman Abdurahman[4] terlalu kuat untuk diabaikan.

Para pengurus Rijalul Ghad sering mengadakan halaqoh[5]. Semenjak Hunan terpilih menjadi ketua Rijalul Ghad setiap hari disibukkan dengan rutinitas-rutinitas keorganisasian, sekedar membimbing anggota, mengurusi majalah dinding, menyelenggarakan pengajian umum, training, lesehan cinta, debat ilmiah, mengadakan pentas seni santri atau menghadiri rapat kerja. Semua tanggung jawabnya begitu berat ia pikul. Bersama Sang ketua Ummahatul Ghad, Nisa Zahratu Qalbi berjuang bersama mengabdikan diri kepada Ummat.

Sebagian besar santri di pesantren adalah anak-anak petani yang tinggal di daerah perkampungan kecil yang sulit dijangkau kendaraan. Jangankan mobil angkutan umum, delman saja jarang sekali melintas. Dari itu santri-santri ingin cepat-cepat pulang ke rumahnya yang jaraknya cukup jauh dari mu`allimin. Sekitar lima sampai sepuluh kilo meter, sedangkan jarak tersebut harus di tempuh dengan berjalan kaki. Bukan mereka tidak mau memilih delman sebagai alat transportasi pulang ke rumahnya, tapi mereka tak punya ongkos. Karena jangankan untuk ongkos transportasi, untuk iuran bulanan atau iuran organisasi yang besarnya seribu rupiah perminggu saja mereka jarang membayar karena tak mampu.

Potret inilah yang kemudian membuat para Ulama setempat mendirikan muallimin ini. Sebagai tempat menuntut ilmu-nya orang-orang miskin desa. Sebut saja Ustadz D. Shodikin, Ustadz E. Saefudin, Ustadz Rohmadin, beliau-beliau adalah tiga serangkai pendiri sekaligus pelopor pendidikan "Berbasis Ekonomi Rendah" di desa ini. Bagi sebagian santri, tiga serangkai ini dianggap sama dengan tiga pahlawan nasional, Bung Karno, Bung Hatta dan Syahrir.

Hunan sadar, keterbatasan orang tua mereka sebagai petanilah penyebabnya. Lahan garapan menyempit, cuaca tidak menentu, bibit sulit didapat, pupuk kimia mahal, walaupun ada sangat sedikit dan langka, mana harga gabah, palawija dan hasil panen lainnya sangat rendah. Itu sebabnya setiap kali panen para petani hanya mengigit jari menerima nasib hasil panenya yang tidak laku atau dibeli dengan harga murah dibawah harga minimum oleh para tengkulak. Itu sebabnya ekonomi mayoritas masyarakat desa sangat lemah dan rawan. Sehingga orang tua santri tidak mampu membayar iuran SPP bulanan. Karena pengelolaannya yang tidak profesional, program Koperasi Unit Desa, Kredit Usaha Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dan program lainya yang digalakan pemerintah untuk memberdayakan orang desa hanya mampu bertahan beberapa bulan saja. Setelah itu lenyap tak tersisa.

 Tidak semua orang bisa menyaksikan kisah heroik anak-anak kampung yang bertahan dalam ketiadaan dan bertarung dengan kemiskinan. Demi pendidikan yang diharapkan dapat mengubah mereka. Mengubah nasib, mengubah prilaku, mengubah kebodohan, mengubah bangsa dan negaranya.

Lesehan Cinta baru saja dimulai, ruang Auila telah dipenuhi santri putra dan putri. Ustadz Rohim sebagai pemateri kali ini mengemukakan definisi cinta yang sangat indah. Beberapa santri putra dan putri terlihat sedang mencatat tiap kata yang dituturkan pemateri. Dengan bahasa lembutnya, membuat Hunan terkagum, ketika ustadz rohim mengemukakan definisi cinta:

"Anakku tercinta! Tahukah engkau apa itu cinta? Benarkah ia adalah perasaan yang tidak dapat didefinisakan? Lalu, jika tidak didefinisikan dengan apa manusia mengabarkan dan mengajarkan cinta?

                Anakku, seseorang mengatakan bahwa cinta itu tidak dapat didefinisikan, namun ia hanya dapat dirasakan. Maka sungguh orang itu sebenarnya telah mendefinisikan cinta lewat kata-katanya itu.

Setiap manusia berhak mengutarakan definisi cinta. Kenapa demikian? Karena cinta adalah luas dan statis. Luasnya cinta seluas alam jagat raya. Karena ia mengisi setiap ruang yang dicipta Tuhan. Luasnya cinta seluas hati manusia di dunia. Jika hati manusia tiada berbatas, maka cinta pun demikian. Setiap orang mengalami dan merasakan cinta, di hatinya pasti tersirat definisi cinta yang dipahaminya.

Anakku, jika kau menemui seseorang mempunyai cinta yang terbatas. Maka sesungguhnya si pecinta itu sendiri yang membatasinya. Anakku, Engkau akan menemukan beberapa cinta yang semu, ia adalah cinta yang didasarkan pada syahwat belaka. Cinta yang demikian adalah cinta yang tidak tahan lama karena keluar dari hakikatnya. Maka berhati-hatilah!

Anakku, pasti engkau bertanya tentang cinta hakiki yang kekal itu. baiklah, akan ustadz jelaskan! Cinta yang hakiki itu kekal sifatnya. Cinta yang berada dalam jalur dan tempatnya. Kekekalan cinta dapat dirasakan ketika cinta disandarkan kepada Sang Pencipta Yang Maha Kekal. Cinta kekal itu ialah mencintai orang tua didasari rasa cinta kepada Allah Yang Maha Kekal. Sehingga jika orang tua menyuruh durhaka, engkau tidak patuh. Cinta kekal itu mencintai saudara-saudarinya dilandasi rasa cinta kepada Allah Yang Maha Kekal. Sehingga jika saudara-saudarimu mengajak pada kemaksiatan, engkau menolak. Cinta yang kekal itu ialah mencintai seorang gadis dengan pondasi rasa cinta kepada Allah Yang Maha Kekal. Sehingga jika gadis itu menjerumuskanmu, engkau menjauhinya. Cinta yang kekal itu ialah mencintai harta duniawi dinaungi rasa cinta kepada Allah Yang Maha Kekal. Sehingga jika harta itu membutakanmu, engkau menghindarinya".

Tutur bahasa yang digunakan ustadz rohim untuk mendefinisikan cinta seolah tetesan embun yang mengikis kerasnya hati. Meluluh lantahkan segala kesombongan cinta dalam hati setiap santri. Mendengarnya, seolah mendengar nasihat terindah, dari orang tua terbijak.

 

{           {           {

 

Lesehan cinta berakhir sudah. Hunan melirik jam tangan berwarna biru garis-garis hitam yang melekat di tangan kananya, jarum pendek berada diantara angka satu dan dua, sedangkan jarum panjangnya di angka tujuh.

"Setengah dua lebih" ujarnya dalam hati.

Hunan harus segera pergi dari Komplek Pesantren menuju Madrasah Diniyyah[6] At-Taqwa, kebetulan hari ini ia ada jadwal membimbing, mungkin anak-anak madrasah sedang menunggunya.

Jarak antara mu`allimin dan madrasah tak terlalu jauh, sekitar lima ratus meter ke arah selatan. Di madrasah itulah dulu Hunan menuntut ilmu selama enam tahun, sebelum akhirnya masuk tsanawiyyah dan Mu`allimin Persis Lempong. Dulu Hunan menjadi pelajar disini, tapi sekarang ia sudah membimbing walaupun baru beberapa bulan saja. Membimbing dan mengajar hampir sama. Namun mengajar ialah bagi guru-guru senior yang mendapatkan pengangkatan secara resmi dari pimpinan madrasah. Sedangkan membimbing adalah bagi guru junior yang baru belajar mengajar dan rata-rata pembimbing adalah santri kelas tiga mu`allimin. Membimbing bisa disebut sebagai magang mengajar.

Madrasah ini sempat membesarkanya, membesarkan harapanya, ilmunya, kemampuanya sehingga ia jadi seperti ini sekarang, bisa membaca Al Quran dengan baik, membaca hadits dengan lancar. Guru-guru di Madrasah tak pernah mengeluh akan kesejahteraanya yang tak terjamin, karena kuatnya keyakinan bahwa upah terbesar dari perjuangan ini akan diberikan oleh sang Kholik sebagai balasan. Guru-guru madrasah itu tidak sendiri, masih banyak guru lain diatas bumi ini yang senasib. Para pahlawan tanpa tanda jasa yang berjalan beriringan bersama keihlasan dan harapan akan kemajuan keilmuan bangsanya. Agar bangsanya tak lagi menjadi bangsa kuli dan babu di negeri orang.

Setelah berjalan beberapa langkah meninggalkan komplek mu`allimin, sepintas Hunan teringat di saku celananya tersimpan kertas yang tadi waktu istirahat, Herma temanya memberikanya pada Hunan, katanya itu dari Azkya teman sekelasnya, putri Ustadz Ridwan guru bahasa Arab. Dia gadis yang cerdas, dengan kecerdasanya itu gelar bintang kelas dia sandang.

Kertas binder berwarna biru muda itu terlipat rapi. Hunan tak sempat membaca surat itu, ia lipat kembali dan dimasukan kedalam tas gendongnya. Di perjalanan sesekali Hunan berpapasan dengan orang-orang desa yang baru pulang dari ladang-ladang mereka dengan golok yang bertengger di pinggang mereka. Titik-titik keringat berpeluh bercucuran di kening dan hidung mereka, meyimpan kelelahan dan perjuangan yang besar. Tak lupa ia lemparkan senyuman pada mereka, sekedar menghibur semampu yang ia bisa.

Tak terasa, setelah berjalan tiga menit, dari kejauhan Hunan melihat gapura bercat hijau tua dan cokelat bertulisakan "Ahlan Wa Sahlan Fi Madrasah Diniyyah At Taqwa[7]". Gapura tua itu adalah gerbang madrasah yang telah berpuluh-puluh tahun menyambut para pencari Tuhan, menyambut insan-insan yang kehausan ilmu pengetahuan, gapura yang telah berpuluh-puluh tahun menjadi saksi bisu hiruk pikuk kehidupan santri-santri salaf dan Ustadz-ustadznya.

"Assalamu`alaikum kak"

Hunan tersentak dari lamunanya, terdengar ucapan salam dari arah belakangnya.

"Wa`alaikum salam, oh kalian, baru tiba ya?" ujarnya sambil tersenyum menyambut tiga orang santri yang baru tiba. Yang pertama bernama Rizki, yang kedua Marwan dan yang badanya buncit bernama Ihsan. Mereka semua murid yang ia bimbing, murid kesayanganya.

"Sekarang tahfidzul Quran[8] kak?" Tanya Marwan.

"Ya betul, kalian sudah menghafal"

" Sudaaahhh.." serempak mereka bertiga menjawab.

"Mari ke kelas" lanjut Hunan sembari bergegas ke arah kelas yang terletak ujung sebelah maktabah[9]. Hari ini kami laksanakan bimbingan sebagaimana biasanya.

Kegiatan bimbingan di madrasah berlangsung dari pukul dua siang sampai pukul empat sore. Mata pelajaran yang diajarkan seputar ilmu agama, Tauhid, Hifdzan, Qiroah, Lughah, Hisab, Nahwiyah, I`rab, Adabiyah, Bhulughul Maram, Bukhary, Bahasa Inggris, Retorika Dakwah dan yang terpenting adalah Akhlak.

                Tugas madrasah di desa ini tiada lain untuk mencetak kader-kader unggulan yang berakhlak mulia berpengetahuan luas dan berwawasan Islam. Tugas inilah yang tidak tidak dibebankan kepada sekolah-sekolah dan perguruan negri dari mulai taman kanak-kanak hingga universitas. Orientasi pendidikan yang disuguhkan pemerintah hanya berbentuk angka-angka statis yang tak logis. Pendidikan umum yang tak diimbangi oleh bimbingan agama dan nilai-nilai moral. Itu artinya sistem pendidikan nasional kita telah menghianati amanat para pendiri negara yang menjadikan iman dan takwa sebagai tujuan pendidikan. Penghianatan terhadap amanat itu dibuktikan dengan jumlah mata pelajaran agama yang hanya dua jam pelajaran saja perminggunya. Bagaimana mau mencetak generasi beriman dan bertakwa jika mata pelajaran agamanya hanya dua jam saja per pekan. Sehingga pada akhirnya bangsa ini mengalami krisis multidimensial meliputi krisis ekonomi, krisis pendidikan, krisis pemimpin sekaligus krisis yang paling mematikan, krisis akhlak.

Maka dengan berdiri tegaknya madrasah ini adalah sebagai perlawanan terhadap "pendidikan hedonis materialis" di negri ironis, Indonesia. Hedonis dan materialis, karena orientasinya hanya sebatas kerja, dan mengenyampingkan moral. 

"Allahu akbar… Allahu akbar…"

Sayup-sayup terdengar gema adzan dari semua penjuru arah, mentari baru saja tenggelam di ufuk barat dan hanya menyisakan sinar layung berwarna kuning keemasan di awan yang bergumpal di atas Gunung Guntur. Mengguratkan keagungan Sang Kholik dan Kebesaran-Nya. Subhanallah, Maha Suci Engkau, ku penuhi panggilan-Mu…

Wush… terdengar suara gemerincing air dari keran yang ia putar. Ciduk demi ciduk air diusapkan di tangan dan wajahnya yang ia rasa penuh dengan kemunafikan, kemudian ia sempurnakan wudlu. "Segaarrr…" seolah luntur semua kotoran dosa dan kesalahanya. ia ambil peci hitamnya. Segera bergegas menuju rumah Tuhan untuk tunaikan kewajiban.

Sungguh indahnya, bercumbu penuh mahabbah tanpa batas bersama Sang Tuhan. Menembus dimensi ruang dan masa. Berserah, bertawakkal, mencurahkan beban hati pada ilahi, meminta solusi dan jalan terbaik dari segala problematika kehidupan. Mencurahkan harapan dan memohon kemudahan pada yang Maha Pemberi ujian dan cobaan.

"Aku yakin Tuhan bersamaku… mendengarku…" bisiknya lirih. Ia mencoba meng-elegi-kan dirinya.

 

{           {           {

Istilah Botani <b>Anggrek</b>

Posted: 31 Aug 2010 12:08 AM PDT

Serniterrestrial - Istilah yang digunakan untuk merujuk pada anggrek yang tumbuh di dekat atau di tanah yang sangat longgar, substrat terbuka. Sepal - Salah satu dari tiga bagian luar dari kelopak bunga anggrek, bagian atas dan dikenal ...

GERBANG PERTANIAN: TIPS MERAWAT <b>ANGGREK</b> AGAR RAJIN BERBUNGA

Posted: 30 Aug 2010 04:10 PM PDT

anggrek 08062010(004) Salam pertanian! Bagian terpenting dan paling menarik dari anggrek adalah bunganya, namun syang kira sering menjumpai bunga anggrek yang malas untuk berbunga. Apa ada yang salah? Merawat anggrek gampang-gampang ...

Eddelweiss - Naqiyyah Syam: Namaku Eddelweiss

Posted: 28 Aug 2010 06:19 PM PDT

tangis Rieska sambil membuka kotak mungil itu lalu membuang seluruh bunga Edelweiss ke dalam tempat sampah yang berada tepat di samping meja belajar. Melihat pristiwa tersebut, bunga lainnya, Mawar, Suplir dan Anggrek menjerit histeris! ...

Bunga Anggrek Suite - Baoase Luxury Resort ***** - Curacao

Posted: 28 Aug 2010 09:09 PM PDT

Baoase Luxury Resort  •  Winterswijkstraat 2  •  CuraƧao Netherlands Antilles  •  info@baoase.com  •  Privacy  •  Contact  •  Sitemap

Bisnis Budidaya Tanaman Hias Bunga Anggrek Orchid Aglaonema ...

Posted: 28 Aug 2010 06:39 PM PDT

Bisnis Budidaya Tanaman Hias Bunga Anggrek Orchid Aglaonema Adenium

Tanaman Perkebunan

Posted: 26 Aug 2010 11:19 PM PDT

Anggrek Punten
Kota Batu adalah kota yang dingin dan nyaman , yang memiliki banyak petani anggrek. Tepatnya terletak di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji. Untuk saham dibutuhkan anggrek yang kualitasnya bagus, Punten memiliki banyak saham untuk pasar luar daerah Batu, termasuk Malang dan daerah lainnya.

Aksesoris Bunga
Disamping bunga anggrek, Desa Punten juga memproduksi aksesoris bunga yang sering mendistribusikan ke Bandung, Yogyakarta, Malang dan bahkan di luar negeri. Desa lain yang menghasilkan bunga aksesoris adalah Desa Bulukerto, kecamatan Bumiaji.
Selain dikenal sebagai penghasil apel, Kota Batu juga terkenal dengan Kota Bunga. Kalau pergi berwisata ke kota Batu, kita banyak mendapati macam bunga. Mulai dari mawar,melati,anggrek,dan macam bunga lainnya.Hal ini sangat menarik bagi pecinta bunga.

Green House (Perkebunan)
Kota Batu sebagai kawasan bisnis agro telah dikembangkan dengan produk perkebunan yang berkualitas tinggi. Misalnya, kota Batu memiliki Green House yang terletak di desa Pendem, kecamatan Junrejo. Green House ini menghasilkan berbagai produk perkebunan dan telah diekspor ke Jepang.

Mawar
Bunga mawar dari kota Batu sangatlah terkenal. Lokasi pertumbuhan bunga terletak di desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Ada pembudayaan pertanian bunga mawar di sini. Mawar dibagi menjadi tiga kelas, yaitu; Holland Rose, Rose Singapura, dan India Rose. Kapasitas bunga yang dihasilkan 3000 – 4000 batang setiap harinya. Pemesanan bunga ini juga tersedia dalam bentuk vas.

Kebun Bunga: Anggrek (2)

Posted: 24 Aug 2010 06:15 PM PDT

Kembali menampilkan koleksi anggrek..... ya, karena tanaman anggrek ini yang menjadi fokus saya belakangan, tetapi bukan mengesampingkan tanaman-tanaman saya yang lain.

Jual Keramik Pot Bunga, Keramik Hiasan, Marmer Lantai

Posted: 21 Aug 2010 01:29 AM PDT

Kami melakukan kegiatan pemasaran produk Keramik Pot Bunga Anggrek, Keramik Hiasan, Marmer untuk Lantai dan Hiasan dari Marmer. Pengelola website ini adalah Saya, Bapak Misbah. Dan bagi yang membutuhkan produk keramik dan marmer, Kami siap melayani pesanan Anda, Anda bisa menghubungi saya di 0819.0935.2755 atau mendatangi alamat usaha kami. Alamat Usaha kami: Jl.Anjun Raya Plered Purwakarta No 115 (dekat kantor desa anjun) TOKO PUSSAT, No telepon 0264-8280128 , dan Hp 0819.0935.2755.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar